Roland Andika

Rabu, 28 September 2011

Harga Sebuah Kejujuran

             Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.00 dan Dodi masih belum tidur. Dia masih membolak-balik buku fisikannya, menghafal rumus-rumus, karena besok dia harus ulangan.
            “Dodi, kok belum tidur juga? Sudah larut malam, Nak,” sapa Mama Dodi dengan lembut.
            “Maaf Ma, Dodi masih harus menghafal satu bab lagi,” jawabnya.
            “Sudahlah, dilanjutkan besok lagi,” kata mamanya.
            “Tanggung, ma, sebentar lagi selesai kok,” kata Dodi kepada mama.
            Kemudian, mama beranjak dari ruang belajar Dodi. Mama membuat susu hangat untuk Dodi.
            “Ini untuk teman belajarmu,” kata mama sambil menyodorkan susu hangat.
            “Terima kasih, Ma,” jawab Dodi.
            “Nanti cepat tidur ya Dod,” kata mama menasehati.
            “Ya Ma,” jawab Dodi.
            Tanpa terasa jam sudah berada di angka 23.45, mata Dodi sudah terasa sangat ngantuk, tetapi ada rumus yang masih belum dihafal. Dodi sangat khawatir, jangan-jangan besok tidak bisa mengerjakan soal ulangan.
            “Aduh, bagaimana ya enaknya?” tanya Dodi dalam hati. Haruskah aku mencontek atau haruskah aku tanya teman saat ulangan? lanjut Dodi. Banyak kegundahan yang ada di pikirannya. Lalu dia memutuskan untuk membuat contekan kecil yang berisi rumus fisika dan dimasukkan ke dalam kotak pensilnya.
            “Mudah-mudahan aman,” kata Dodi sambil memasukkan contekannya.
Dia berbaring di ranjangnya, matanya belum mampu terpejam memikirkan contekan yang telah dibuatnya. Selama ini Dodi belum pernah mencontek, dan dia juga beranggapan bahwa mencontek itu adalah tindakan jahat. Mencontek itu tidak jujur. Tapi kenapa dia harus lakukan semua ini hanya untuk mengejar nilai bagus.
            Tanpa terasa Dodi sudah tertidur lelap tepat pada pukul 1 dini hari. Udara dingin membuat tubuhnya semakin menggigil. Dalam lelap tidurnya, tiba-tiba ada seseorang yang mirip dengannya mendatangi dirinya.
            “Dodi, ini apa?,” tanya orang itu sambil membawa kertas kecil contekannya.
            “Hah.. siapa kau?;” tanya Dodi.
            “Tidakkah kau kenal aku, Dodi?,” tanya dia lagi.
            “Kau.. seperti diriku, tapi siapa dirimu?,” tanya Dodi terus menerus.
            “ Aku adalah teman jiwamu,” jawabnya.
            “Teman jiwaku?,” tanya Dodi.
            “Benar, dan buat apa kau buat contekan ini, dan mulai kapan kau pintar berbohong?,” katanya.
            “Ayo bangun Dodi, sobek kertas ini,” lanjut orang itu lagi.
            Tiba-tiba Dodi terbangun dan keringat dingin ada di tubuhnya.
            “ Oh.. aku bermimpi,” kata Dodi dalam hati.
            Lalu Dodi melanjutkan tidurnya lagi. Selimut tebal mulai dipakai lagi karena begitu dingin udara malam itu. Dodi terlelap kembali.
            “Dodi tukang contek, bangun !,” ada suara yang berbisik di telinganya.
            Tiba-tiba ada tangan-tangan yang memegang kertas kecil sambil berteriak mengejek “Dodi tukang contek” berkali-kali. Hal ini membuat Dodi sangat ketakutan dan terbangun dari tidurnya.
            “Ya Tuhan, mimpi buruk apa aku ini?,” tanya Dodi lagi.
            Dia mengusap-usap wajahnya dengan kedua tangannya. Dia memandang jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 pagi, waktunya dia bangun dari tidurnya. Dia bergegas menyambar tas sekolahnya, dan mencari kotak pensilnya dan dibuka. Kertas kecil itu masih ada di kotak pensilnya. Dia membuka kertas yang ada rumus fisikanya. Di pandang lagi dan akhirnya di sobek kertas kecil itu. Dan saat Dodi meyobek kertas itu tiba-tiba mamanya muncul di kamarnya.
            “Apa itu Dodi?,” tanya Mama.
            “Eh.. ini... ini..,” jawab Dodi gugup.
            “Ada apa?,” tanya Mama lagi.
            “Maafkan Dodi, Ma,” kata Dodi.
            “Untuk apa minta maaf?,” tanya Mama
            “Dodi tidak hafal rumus, terus bikin contekan,” jelasnya.
            “Dodi, kenapa hal ini kamu lakukan, Nak?,” tanya mama dengan wajah menyesal.
            Dodi berusaha menjelaskan semua dengan penuh kejujuran, akhirnya mama bisa mengerti.
            “Mama lebih menghargai nilaimu yang tidak bagus tetapi jujur,” jelas mama.
            “Ya ma,” jawab Dodi dengan penuh penyesalan.
            Dia kemudian menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
            Dodi berangkat ke sekolah dengan penuh semangat tanpa takut mendapat nilai jelek. Saat bel berbunyi Dodi masuk kelas dengan wajah yang gembira. Dia juga mengerjakan soal fisika tanpa mencontek siapapun. Banyak teman Dodi yang mencontek atau bertanya kepada teman, tetapi Dodi tidak terpengaruh terhadap suasana di kelas. Akhirnya bel tanda selesai berbunyi. Kertas ulangan dikumpulkan.
            “Ayo cepat kumpulkan kertas ulangannya,” teriak Pak Rahmat guru fisika.
            “Ya, Pak,” jawab salah satu murid.
            Akhirnya pelajaran fisika telah berakhir, murid-murid beristirahat. Satu jam kemudian Pak Rahmat berada di dekat kantin dan mendekati Dodi.
            “Selamat ya Dodi, nilaimu paling tinggi,” kata Pak Rahmat sambil menyalami Dodi.
            “ Terima kasih, Pak,” jawab Dodi.
            Dodi tertegun dan mengucap syukur bahwa tanpa mencontek, dia dapat nilai tertinggi. Dia benar-benar menyesal telah berniat untuk mencontek. Dodi berjanji untuk tidak lagi punya niat untuk mencontek dalam ulangan maupun tugas di sekolahnya. Dodi benar-benar menyadari bahwa mencontek selain perbuatan yang kurang terpuji juga membuatnya menjadi semakin bodoh. Dodi tidak mau lagi menuruti suara hatinya yang mengajarkan padanya perbuatan tercela.
            Saat pulang, Dodi langsung menemui mamanya, yang sedang membuatkan makan siang untuknya.
            “Sudah pulang, Nak?” sapa mamanya.
            “Iya Ma,” jawab Dodi
            “Tadi jadi ulangan fisika?” tanya mamanya.
            “Jadi Ma,” jawab Dodi agak lesu.
            “ Nilaimu jelek ya, kok wajahmu kurang bersemangat?” tanya mamanya lagi.
            “Tidak Ma, Dodi mendapat nilai paling tinggi di kelas,” jelas Dodi.
            “Wah selamat ya, terapi kenapa kamu kok malah lesu?” tanya mama dengan heran.
            “Maaf... Maaf Ma,” hanya itu yang keluar dari mulut Dodi.
            “Ganti baju dulu sana, baru makan siang,” kata mama dengan bijak.
            Dodi beranjak dari dapur dan menuju kamar untuk mengganti baju seragamnya. Setelah merenung sebentar, Dodi menuju ke meja makan  dan mamanya sudah menunggu di situ.
            “Mau makan apa Dodi?” tanya mama.
            “Sup aja Ma,” jawab Dodi
            “Lauknya?” tanya mama lagi
            Dodi mengambil ayam goreng kesukaannya. Dia makan dengan lahap. Setelah selesai makan, mamanya mulai membuka pembicaraan lagi.
            “Nilai ulanganmu berapa Dodi?” tanya mama.
            “98, Ma,” jawab Dodi.
            “Itu sudah tertinggi ya ?” tanya mama.
            “Iya, ma,” jawab Dodi.
            “Tapi kenapa wajahmu justru muran?” tanya mama ingin tahu.
            Dodi bingung untuk menjelaskan, tetapi akhirnya memberi penjelasan dengan jujur, bahwa awalnya dia ingin mencontek walaupun dia sudah bercerita pada mamanya, tetapi kemudian dia sadar bahwa hal itu bukan perbuatan yang baik. Mencontek itu merupakan kecurangan dan perbuatan yang tidak jujur. Setelah selesai memberi penjelasan, wajah Dodi masih menunduk ketakutan.
            “Dodi, sekarang kamu tahu bahwa mencontek itu bukan perbuatan mulia kan?” kata mama.
            “Iya Ma, Dodi salah dan kurang percaya diri,” lanjut Dodi.
            “Tanpa mama beri penjelasan, kesadaran itu telah datang dengan sendirinya, Dodi. Mama tidak marah, tetapi sedikit menyesal jika kamu menuruti fikiran kotormu,” kata mama.
            “Maafkan Dodi Ma, Dodi berjanji tidak akan mengulang lagi,” jelas Dodi.
            “Syukurlah, itu baru anak mama,” kata mama sambil mengusap bahunya.
            Dodi merasa lega dengan beban yang selama ini ditanggungnya. Orang tuanya selalu mengajarkan untuk jujur dalam segala hal. Dia harus terus memegang hal itu bahwa kejujuran sangat berharga bagi hidupnya. Dan apapun hasilnya jujur itu dapat memberi ketenangan.

~ TAMAT ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau punya komentar, jangan disimpan dalam hati. Tuliskan disini ya!